Sisi Mistik dari Bride's Pool si Air Terjun Pengantin

Ini adalah sebuah kisah perjalanan yang saya tempuh di suatu obyek wisata di daerah Wu Kau Tang. Adalah Bride’s Pool nama dari obyek wisata tersebut. Bride’s Pool ini berlokasi di Taipo Distrik yang berada di bagian utara dari Plover Cove Reservoir.

Ide untuk mengunjungi obyek wisata ini bermula dari dipostingnya beberapa foto air terjun yang sangat indah oleh teman FB saya. Tertarik dengan foto-foto itu, sayapun lantas menanyakan informasi lebih lanjut tentang rute yang harus diambil untuk mencapai tempat tersebut. Setelah informasi lengkap itu saya dapatkan, saya beserta beberapa teman pun berangkat menuju lokasi.

Perjalanan dimulai dengan menggunakan jalur MTR (KCR East Rail)dari Kowloon menuju Stasiun Taipo Market. Dari sana kami langsung menuju terminal bus. sesuai petunjuk teman saya, kami lantas mencari bus KMB bernomor 275R. Setelah menunggu kurang lebih 10 menit akhirnya bus yang akan membawa kita ke Bride’s Pool itupun datang. Wajah-wajah antusias terlihat dari raut muka teman-teman saya. Dengan serta merta mereka pun mengeluarkan kamera nya masing-masing. Maklum, kami jarang mengambil perjalanan ke Country side seperti ini. Kami lebih sering menghabiskan waktu libur di kawasan Causewaybay, Mongkok, Tsim ShaTsui, Central, Wanchai dan sekitarnya. Kawasan yang selalu dipenuhi dengan kerumunan orang-orang.

Pemandangan indah selama perjalanan dapat kita lihat dari kaca jendela. Pohon-pohon yang rindang, kawasan kebun-kebun sayuran yang hijau menghampar sejenak bisa menghapus keletihan mata kami. Terasa sangat nyaman. Jarang-jarang kita bisa menikmati alam yang masih perawan di Hong Kong. Sebagian besar wilayah Hong Kong sudah disulap menjadi kota metropolis dengan gedung-gedung pencakar langit dan kawasan residensial yang saling berdekatan satu sama lain. Menyesakkan pernafasan.

Setelah menempuh waktu kurang lebih 40 menit, kamipun tiba di tempat tujuan. Kesan pertama yang kami rasakan adalah udara sejuk pegunungan dan aroma wangi bunga-bunga yang sedang bermekaran. Oya untuk bus KMB no. 275R ini hanya beroperasi pada hari minggu dan hari-hari libur lainnya. Sedangkan untuk hari-hari biasa bus ini tidak beroperasi. Namun ada alternatif lain jika pengunjung ingin bepergian ke sana pada hari biasa. Ada minibus hijau bernomor 20C dan KMB bus no.70K yang mengambil route Taipo Market- Tai Mei Tuk. Dari Tai Mei Tuk pengunjung bisa meneruskan perjalanan dengan taksi atau bagi yang suka hiking, bisa mengikuti “hike’s trail” menuju Bride’s Pool.

Oke, sekarang saya teruskan cerita saya selanjutnya yaa! Setelah turun dari bus, kami langsung berjalan kaki menuju lokasi dimana Bride’s pool itu berada. Dengan terlebih dahulu melihat peta yang tersedia di sebuah papan kayu besar dekat pintu masuk, kami pun turun ke sebuah jalan setapak. Waktu itu hujan rintik-rintik, jadi jalanan terasa sedikit licin membuat kami harus ekstra hati-hati menyusurinya. Ditemani suara gemericik air dan dan kicauan burung yang saling bersahutan silih berganti, perjalanan ini pun terasa amat menyenangkan.

Dibutuhkan kesabaran untuk mencapai tempat utama (air terjun). Sebelum mencapainya terlebih dahulu kami harus berjalan melewati sungai kecil yang hanya menggunakan batu alam sebagai panjatan kaki untuk menyeberang. Jadi harus siap berbasah-basahan. Tapi air yang sangat bening di sungai ini justru akan semakin menambah kesenangan tersendiri. Tepat ditengah sungai, kita bisa berhenti sejenak untuk lalu mengawasi ikan-ikan kecil yang berenang kesana-kemari.

Setelah menyeberangi sungai, berikutnya dapat kita lihat sebuah tempat untuk barbeque. Sebuah tungku lengkap dengan bangku kayu yang mengitarinya. Biasanya di musim dingin banyak pengunjung yang menggunakan fasilitas yang disediakan tersebut.

Kemudian selanjutnya kami menyusuri jalan setapak yang tidak seberapa lebarnya. Suara gemericik air mulai terdengar keras di telinga kami. Tak sabar lagi untuk segera melihat wujud dari air terjun itu, kamipun mempercepat derap langkah. Dan aha! Akhirnya kami bisa melihat air terjun itu. Luar biasa! Air terjun ini berada tepat ditengah hutan belantara. Sejenak kamipun menikmati keindahan alam itu. Sayangnya, ketika saya mengajak teman-teman untuk turun dan bermain di danaunya, mereka menolak dengan alasan cuaca yang tidak bersahabat. Mereka mengajak saya untuk segera meninggalkan tempat itu karena langit terlihat gelap karena berkabut.

Ada kejadian mengesankan saat kami meluangkan waktu untuk berbincang dengan beberapa penduduk lokal yang saat itu juga tengah datang berkunjung. Salah seorang dari mereka bercerita tentang legenda yang melatarbelakangi pemberian nama Bride’s Pool. Diceritakannya, bahwa sekitar 100 tahun yang silam ada iring-iringan pengantin yang melintas dekat air terjun tersebut. Karena jalanan licin dan sempit, salah seorang pria yang menandu Sang kereta Sang Pengantin wanita terpeleset. Dan naasnya, Sang pengantin itu terjatuh ke dalam danau yang menjadi muara air terjun. Sang Pengantin pun menemui ajalnya di situ. Jadilah air terjun itu diberi nama Bride’s Pool.

Tak hanya sampai di situ saja, ada satu kepercayaan yang berkembang di masyarakat, bahwa bagi pria/wanita single yang belum mendapatkan pasangannya, bisa mencoba peruntungannya di tempat itu. Dengan melakukan ritual seperti menceburkan badan ke dalam danau atau sekedar membasuh muka saja, mereka percaya bahwa selepas mengunjungi tempat ini, mereka akan segera mendapatkan pasangan. Ehmm.. kalau soal yang satu ini sih saya pribadi tidak begitu mempercayainya. Hehehhee..

Cuaca yang tadinya berawan tiba-tiba menjadi cerah ketika kami sudah mencapai terminal bus. Ada rasa menyesal, kenapa tadi begitu buru-buru meninggalkan air terjunnya? Hmm..melihat pemandangan perbukitan yang begitu elok, rasanya enggan sekali beranjak pulang. Maka kamipun menjelajah lebih jauh lagi, sampai kami menemui tempat ini.

Setelah membaca prasasti yang ada di dekat paviliun itu, akhirnya kami mengetahui bahwa tempat itu bernama Lions Pavillion. Bentuk atapnya yang sangat unik, membuat kita tergoda untuk sejenak bernarsis ria..:D

Dari paviliun itu, saya memperhatikan ruas jalan yang sangat lebar dan sangat lengang. Hanya satu dua kendaraan saja datang melintas. Hampir tidak percaya rasanya kalau Hong Kong mempunyai tempat setenang ini. Jauh dari kebisingan dan kesemrawutan.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Karena jam tangan di pergelangan tangan saya menunjukkan angka 5:30 kamipun menyadari bahwa saatnya untuk mengakhiri petualangan ini. Kembali ke kota, kembali kepada tanggung jawab pekerjaan masing-masing.

Sampai di sini dulu ya, cerita tentang jalan-jalan di sebuah “dunia lain” dari Hong Kong. Lain kali akan saya bagikan pengalaman-pengalaman seputar perjalanan wisata ataupun hal menarik lainnya.